Blog mengupas tentang keuangan dan kredit serta tips trik lainnya seputar kehidupan kita


Rabu, 02 Juli 2014

Analisa Kredit dan Metode Empiris

Dalam analisa kredit dengan metode empiris, bank akan menyusun standar jumlah nilai evaluasi (standard credit scoring) yang dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk meluluskan atau menolak permintaan kredit yang diajukan. Standar nilai tersebut disusun dari gabungan hasil evaluasi berbagai macam kriteria yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kesediaan debitur menulasi kredit yang mereka terima.

Setelah diteliti, maka permintaan kredit yang jumlah nilainya sama atau di atas jumlah minimal standard credit scoring, dapat diluluskan, sedangkan, permintaan kredit yang tidak dapat memenuhi jumlah minimal standard credit scoring akan ditolak.

Karena pengaruh tiap jenis kriteria terhadap kemampuan dan kesediaan debitur melunasi pinjaman yang mereka terima tidak sama, maka masing-masing jenis kriteria akan mempunyai bobot timbangan nilai (BTN) sendiri-sendiri. Semakin besar pengaruh kriteria terhadap kemampuan dan kesediaan debitur melunasi kredit, akan semakin tinggi bobot timbangan nilainnya. Dalam tabel 8.1. disajikan contoh daftar kriteria yang dapat dipergunakan untuk menyusun standar jumlah nilai, serta bobot timbangan nilai tiap jenis kriteria.

Pada umumnya, semakin banyak pengalaman bank menangani kredit perorangan, akan semakin matang pula kemahiran mereka memberikan bobot timbangan nilai tiap jenis kriteria.

Berikut ini akan dibahas setiap kriteria yang dipergunakan untuk mengevaluasi kredibilitas (credit worthiness) calon debitur yang dicantumkan dalam tabel 8.1.

Tempat tinggal memberikan indikasi tentang kemapanan hidup seseorang, sekaligus indikasi tentang kekayaan yang dimiliki. Oleh karena itu, apabila calon debitur diketahui telah mempunyai rumah tinggal sendiri, mereka akan memperoleh nilai tinggi.

Lama waktu tinggal di kediaman terakhir juga dapat memberikan gambaran tentang kemapanan hidup seseorang. Calon debitur yang selalu berpindah tempat tinggal (apalagi dalam jangka pendek) memberikan kesan bahwa kehidupan mereka belum mapan. Ada kemungkinan orang seperti ini juga akan berpindah tempat tinggal selama masa kredit diberikan. Hal itu mungkin akan mempersulit bank dalam memonitor mereka.

Masa kerja pada tempat pekerjaan terakhir memberikan kesan kemapanan calon debitur dalam pekerjaan, sekaligus menggambarkan prospek masa depan stabilitas penghasilan. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, semakin nampak peranannya dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, semakin lama masa kerja seseorang pada suatu organisasi tertentu, akan semakin kecil kemungkinan mereka diberhentikan tanpa alasan yang masuk akal. Lama masa kerja seseorang mempunyai pengaruh yang lebih besar lagi terhadap kemampuan mereka mengembalikan kredit, apabila organisasi tempat bekerjanya kuat dan sukses.

Usia seseorang mempunyai pengaruh terhadap karier pekerjaan. Usia 30 sampai 55 tahun merupakan usia yang paling produktif bagi kebanyakan orang. Karier seseorang akan dibangun dalam kurun waktu tersebut. Pada usia itu pula seseorang dapat mencapai kedudukan tertinggi, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kualifikasi pribadi lain yang mereka miliki. Sesudah masa tersebut kebanyakan orang akan memasuki masa pensiun, yang berarti pula penurunan penghasilan tetap mereka. Apabila ada orang yang semakin jaya karier pekerjaannya sesudah usia 55 tahun, mereka itu termasuk golongan manusia pilihan. Karena tergolong manusia pilihan, kemungkinan besar mereka itu sudah tidak termasuk sasaran bank untuk bisnis jasa kredit perorangan.

Hubungan calon debitur dengan bank hingga saat permintaan kredit diajukan memberi kesempatan kepada bank untuk mengenal mereka dengan baik. Semakin lama seorang calon debitur menjadi nasabah bank, akan semakin besar pula kesempatan bank untuk mengenalnya dari dekat. Calon debitur dapat menjadi nasabah bank karena membuka rekening giro, deposito, tabungan, atau karena telah menerima kredit sebelumnya. Rekening giro bisa lebih banyak memberikan gambaran tentang kondisi keuangan nasabah. Hal tersebut disebabkan karena rekening giro lebih bersifat aktif. Lalu lintas keuangan nasabah dapat dimonitor setiap hari melalui aktivitas rekening giro mereka.

Bila sebelumnya debitur telah menerima kredit, maka kemampuan dan kesediaan mereka mengangsur pinjaman dapat dipelajari dari laporan cicilan mereka di masa lalu.

Kartu kredit dapat memberikan kesan tentang kredibilitas seseorang. Orang yang dipercaya mendapatkan fasilitas kartu kredit dari banyak bank terkemuka, memberikan kesan bahwa orang tersebut tinggi kredibilitasnya. Meskipun, demikian tidak berarti bahwa seseorang yang tidak memiliki kartu kredit, mempunyai kredibilitas rendah. Banyak orang tidak memiliki kartu kredit, karena mereka menganggap belum memerlukannya. Oleh karena itu, para analis kredit harus berhati-hati sebelum memutuskan memberi nilai rendah terhadap calon debitur yang tidak atau belum memiliki kartu kredit.

Referensi yang baik dari bank lain sangat besar artinya dalam proses analisa kredit. Semakin banyak bank memberikan referensi baik terhadap seorang calon debitur, akan semakin tinggi kredibilitas calon debitur tersebut.

Pendapatan setiap bulan merupakan sumber utama pembayaran angsuran kredit. Oleh karena itu, semakin besar penghasilan tetap calon debitur dibandingkan dengan jumlah kredit yang diminta, akan semakin besar kemampuan mereka mengembalikan pinjaman.

Cicilan yang harus dibayar tiap bulan adalah kebalikan dari pendapatan tetap setiap bulan. Cicilan utang yang sudah ada dan pengeluaran bulanan tetap yang lain memperkecil kemampuan seseorang mengembalikan kredit baru. Maka, semakin besar jumlah cicilan hutang yang sudah ada, akan semakin berkurang pula kredibilitas seseorang di mata kreditur baru.

Sikap dan tingkah laku seseorang merupakan cermin dari watak mereka; maka dari itu, dalam analisa kredit aspek tersebut akan diamati bank yang bersangkutan.
Judul : Analisa Kredit dan Metode Empiris
Peringkat : 7/10. 264 voting. 197 pengguna.